meaning of life

Allah menguji hamba-Nya dengan cara yang paling unik, apabila menjadikan kekurangan itu juga satu anugerah..

setiap kali duji bisikkan ke hati.. ALLAH sedang mendidik, bukankah itu bererti ALLAH menyayangi mu?

ALLAH tidak melupakanmu..

kenang DIA dalam setap ujian-NYA!


betapa banyak kepahitan masa lalu menjadi sangat manis pada masa sekarang...

ingat hakikat itu wahai diri yang sedang menangis pada hari ini..

ilmu kita yang terbatas tidak akan dapat menjangkau ilmu ALLAH yang maha luas!


belajar dari kesilapan masa lalu, cinta pada tugasan masa kini, bersangka baik pada masa akan datang...

INSHAALLAH akan ada senyuman di hati dan bibirmu.. :)




"Then when you have taken a decision, put your trust in Allah."
[ Surah Al-'Imran ; 159 ]

"Anyone whom Allah intends good, HE makes them to suffer from some affliction (test/pain)"

-Riwayat Al-Bukhari

It takes some pain to have those wonderful miracle and gift. Allah is listening to you you and you! HE KNOWS, EVERY SINGLE THING... ;)


Sunday, July 29, 2012

past is past...

Letting go of past mistakes, old behaviors, anger, fear and other limiting beliefs opens you to new and wonderful experiences… It is the only way… Once you let go, you free yourself of reliving patterns of the past… Once you let go you are able to find peace and enjoy the flow of authentic living… Much Love, Kenny Brixey

ayah terhebat_author:pen patah

Ayah.. Ayah akan melupakan apa yang dia inginkan, supaya dapat memberikan apa yang kamu perlukan…. . Ayah membelikanmu lolipop yang kamu inginkan, dan dia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka….. Ayah menghentikan apa sahaja yang sedang di kerjakannya, walaupun kamu hanya ingin berbual… Ayah selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar yuran mu setiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kedutan di dahinya… Ayah akan berkata “tanyakan pada ibumu” ketika dia ingin berkata “tidak”. Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anaknya menginap di rumah rakan tanpa izin Perasaan terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu seperti gaya caranya…. Ayah lebih bangga melihat prestasi mu, daripada prestasinya sendiri…. Ayah hanya akan bersalam dengan mu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, kerana kalau dia memeluk mu, mungkin dia tidak akan pernah dapat melepaskannya. Ayah tidak suka menitiskan air mata …. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat gembira sehingga hampir keluar air dari matanya. Ketika kamu masih kecil, dia akan memelukmu untuk mengusir rasa takut mu…ketika kau mimpi akan dibunuh hantu… Tetapi, ayah akan tidak dapat tidur sepanjang malam, ketika anak kesayangannya diperantauan tidak memberi khabar selama hampir satu bulan. Kalau tidak salah ayah pernah berkata : “kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualiti tinggi, janganlah mencarinya di pasar, tetapi datang dan pesanlah secara langsung pada tukang besinya. Begitu pun juga dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkan cinta sejati mu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya” Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: “jadilah lebih kuat dan tabah daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu” Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: “jangan kecewa meskipun kamu seorang wanita, selalulah menjadi bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! lelaki yang lebih dapat melindungimu melebihi perlindungan ayah, tetapi jangan pernah kamu gantikan posisi ayah di hatimu” Ayah dapat membuat mu percaya diri… kerana dia percaya kepada mu… Ayah tidak mencuba menjadi yang terbaik, tetapi dia hanya mencuba melakukan yang terbaik…. Dan terpenting adalah… Ayah tidak pernah menghalang mu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, kerana dia pun mencintaimu kerana cintaNya.

Friday, July 27, 2012

~iman azan~

Wanita solehah itu, Auratnya dijaga, Pergaulannya dipagari, Sifat malu pengikat diri, Seindah hiasan di dunia ini, Keayuan wanita solehah itu, Tidak terletak pada kemanjaannya, Daya penarik wanita solehah itu, Bukan pada kemanisan bicaranya yang menggoncang iman para muslimin, Dan bukan pula terletak pada kebijaksanaannya bermain lidah, memujuk rayu, Bukan dan tidak sama sekali, Kepetahan wanita solehah, Bukan pada barang kemas dan perihal orang lain, Tapi pada perjuangannya, Meningkatkan martabat agama, ~terasa diri tersasar jauh~
~I hope im strong enough to look only for ALLAH~ ~don't ask ALLAH for a easy life,ask HIM to make you a strong person~
♥ Aku mencari redha Allah, kerana di hujung kehidupan itu, aku akan bertemu denganNYA ♥ ♥ Aku ingin meraih redhanya Allah, kerana dengan redhaNya kehidupan ini lebih berkat dan tenang ♥ ♥ Aku inginkan redha Allah, kerana tanpa redhaNya segala amalku pasti tiada istiqamah ♥ "Ya, Allah.. berkatilah usia ku, ampunilah diriku dan redhailah setiap amalku.. Sungguh aku ingin redha-Mu bukan redhanya seorang manusia.."
Merenung ke luar jendela... Melihat kebesarannya... Mensyukuri segala nikmat... Yang dikurniakan di dunia... Kau berikan ku kekuatan... Tuk berpegang pada jalan... Walau penuh dengan cabaran... Ku tahu ku adaMu Tuhan... Kerna kau yang satu... Yang setia bersama ku... Dikala ku jatuh ku bangkit kernaMu... Ku tahu ku adaMu disisi ku selalu... Bantulah hambaMu mencari keredhaanMu... Ku tahu ku adaMu... Ku adaMu selalu... ku merenung ke luar jendela... Melihat kebesarannya... Walau penuh dengan cabaran... Ku tahu ku adaMu Tuhan...

Wednesday, July 25, 2012

andai itu takdir-NYA...

move forward! without looking at the back...is it true?just for 3 years..
selama aku meniti liku-liku hidup ini, aku tidak pernah pasrah dalam hidupku.. andai itu takdirnya sebelum sempat menggapai bahgia aku redha.. namun sampai waktu apabila aku tidak mampu bertahan lagi.. hatiku lebih keras dari kerikil..
Kala berkayuh menuju pantai, Kelak bersua ragam halangan, Tidak semua hasrat kan sampai, Kadang terbantut di tengah jalan, Tapi bila kaki telah melangkah, Jangan sesekali menoleh menongkah gelita, Walau tiang layar bergerak patah, Perjalanan harus diteruskan jua, Jangan berhenti sebelum sampai, Kerana perjuangan masih belum selesai... move on!!
~alhamdulillah kehidupan harus diteruskan juga demi Allah dan Rasul...banyak dugaan dan cabaran dalam hidup ni kadang2 kita harus pejam mata sahaja melaluinya..biar ianya pahit dan penuh jerih..pastinya segalanya itu bakal menghapus segala dosa2 kita dan menjadi mahar untuk kita sunting keindahan syurga Allah~

Monday, July 23, 2012

Simple, Little Big Things

yes!iluvislam Ramadan's here again and I'm sure most of you have lots of things you want to achieve in this month. For example, some might want to finish reading the whole of Qur'an by the end of the month. Some might also want to be involved in a charity program or volunteerism. I don't know about you but I find myself feeling overwhelmed by the whole thing. I admit that I had never been that productive in the previous Ramadans. (You know, I was one of those who thought that it was like any other month except for the fact that you can't eat and drink for about half the day.) So, to have those kinds of big goals staring in my face this time, I just feel like ... fainting and giving up. But then I remembered that Allah SWT mentions in the Qur'an: "Then shall anyone who has done an atom's weight of good, see it!" (Surah al-Zalzalah, verse 7) See, no matter how small or simple our deed is, Allah knows it and will reward us for it. So, for those of you who are feeling stressed up and are on the verge of giving up (myself included), don't fret. Don't think that because you can't manage to volunteer in a charity program, you can't do any good deeds. There are many other simple, little deeds that you could do this Ramadan, such as; Be kind to your parents Have you ever noticed that during Ramadan, your parents (especially your mum) have to wake up super early to prepare for your sahur? And that your mum has to make sure dinner is ready early so you can break fast on time? Not only that, in between those two, she has to sweep and mop the floor, throw out the trash, wash the dishes, wash your clothes, take care of your brothers and sisters ...and the list goes on. Why not, this Ramadan, you try to wake up early and help your mum prepare for sahur? In addition, why not help your parents wake your brothers and sisters up from their sleep? Besides that, help clean up the house a bit – for example, by cleaning up the table and washing the dishes after you've finished eating. Maybe you can even help to take care of your brothers and sisters by reading a story about Prophet Muhammad SAW to them (while refreshing or maybe adding your own knowledge about him at the same time). Plus, if you haven't already, it is always fun when you and the whole family help out to prepare the meal for break-fasting. So, do that. Try it. It is indeed fun when everybody do their part and help out in the kitchen. Besides that, try your best to not be spiteful to your parents in any way – either through your words or actions (a reminder for myself too). Allah SWT mentions in the Qur'an: "Thy Lord hath decreed that ye worship none but Him, and that ye be kind to parents. Whether one or both of them attain old age in thy life, say not to them a word of contempt, nor repel them, but address them in terms of honour." (Surah al-Isra', verse 23) Give salaam to fellow Muslims We are all aware that we have to give salaam to fellow Muslims, but do we actually do it? Be honest, when you walk into your classroom or office or the mosque, do you give salaam to the fellow Muslims you meet? I myself have to admit that I don't always do it. Maybe sometimes – okay, most probably once in a blue moon. Most of the time, I just, er, ignore them and pretend like I don't see them. Sometimes I even pretended like I didn't hear it when a fellow Muslim gave salaam to me. And that is so wrong. Allah SWT says in the Qur'an: "...But if ye enter houses, salute each other – a greeting of blessing and purity as from Allah..." (Surah an-Nur, verse 61) "When a (courteous) greeting is offered you, meet it with a greeting still more courteous, or (at least) of equal courtesy. Allah takes careful account of all things." (Surah an-Nisa, verse 86) Rasulullah SAW was quoted as saying, "You will not enter paradise until you believe, and you will not believe until you love one another: 'spread salaam' (the greeting of peace) among you." (Reported by Muslim) When a man asked the Prophet about the best actions, the Prophet SAW replied, "Feeding the hungry, and saying salaam to those you know and those you don't know." (Reported by Bukhari and Muslim) So, don't take giving salaam for granted. Even if it is just a simple deed, it is considered one of the best actions by Prophet Muhammad SAW! Stop gossiping and think positively I used to think that I tend to gossip because I have shaytan whispering sweet nothings into my ear and encouraging me to gossip by telling me it's okay because it is a 'normal' thing to do and it is somehow therapeutic. (It is NOT by the way. I never feel better after a gossip session. I always end up feeling worse. To make things more worse, I find myself digging up other people's faults to gossip about more often and therefore, never feel at peace.) But then I still find myself gossiping even during Ramadan, a shaytan-less month. Why is that so? I have now learned that even when shaytans are chained during Ramadan, we still have our nafs – and habits. I will always have the nafs to backbite others. Plus, like any other habits, gossiping will be hard to be kicked because, well, it has become a habit. But since we have an advantage this Ramadan with shaytans out of the way, insya-Allah, it will be easier for us to kick the habit and control our nafs if we really want to (because the only thing standing in our way is our own selves). One of the ways to avoid gossiping is by avoiding negative thoughts and suspicions. Instead, think positively. When we think positively, we would find ourselves not finding other people's faults anymore – instead, we would see others' behaviours in a positive light. For example, when we see a young couple holding hands at the shopping mall, if we think negatively, we might suspect that they are just boyfriend and girlfriend and what they are doing is haram - and there is a high chance that we might proceed and gossip about them with our friends. In contrary, if we think positively, we would think that they might be a married couple and what they are doing is halal, so there is nothing to gossip about. Allah SWT mentions in the Qur'an: "O you who believe! Avoid much suspicion, in deeds some suspicions are sins. And spy not neither backbite one another. Would one of you like to eat the flesh of his dead brother? You would hate it (so hate backbiting). And fear Allah, verily, Allah is the one who accepts repentance, Most Merciful." (Surah al-Hujuraat, verse 12) If you haven't already noticed, all of the deeds above are mentioned in the Qur'an, so by doing them, we are not merely remembering or reading what Allah tells us to do through the Qur'an. Instead, we are actually PRACTISING them. Yay us! Alhamdulillah, all praises to Allah :) Besides them, other simple deeds that we could do this Ramadan include refraining ourselves from getting angry, treating our less fortunate friends dinner (break fast) and watching beneficial TV shows which can give us knowledge like "30 Minit Ustaz Don" and the "Madrasah" series on TV Al-Hijrah. It has to be noted that no matter how big or small, complex or simple your deeds are, in the end, it is the NIAT (intention) that counts. If you are sincere in doing your deeds (by making your intention right – which is to do everything for Allah SWT), then, insya-Allah, Allah will accept your deeds. But if your intention is wrong – for example, you do a good deed just to show everyone that you're being productive this Ramadan – then, your deed will just be a waste. So, don't worry if you can't do it all. Just do your best. Nonetheless, we have to try and take full advantage of this blessings-filled and shaytan-less month. But no matter what, always remember that everything we do, our life, our death, are for Allah, the All-Loving, Most Merciful, our Creator. Insya-Allah, Allah will accept all our deeds for Him. Amin.

Saturday, July 14, 2012

islamic reflections

One day, a rich father took his son on a trip. Wanted to show him how poor someone can be. They spent time on the farm of a poor family. On the way home, father asked, Did you see how poor they are? What did you learn? The son said.. We have a pool, they have rivers. We have lanterns at night, they have stars. We buy food, they grow theirs. We have walls to protect us, they have friends. We have encyclopaedias, they have the Quran. Then he added: Thanks Dad for showing me how poor we are. LESSON: It’s not about money that makes us rich, it’s about simplicity n having ALLAH in our lives.

Monday, July 9, 2012

mafela kasih...cerpen yg kadang2 buat air mata jatuh dgn sendiri dan buat aku tersenyum dengan sendiri..

MAFELA KASIH www.iluvislam.com layyinul qalbie editor: azzahra_solehah
Usai solat Zuhur dan berdoa, dia terpaku seketika. Fikirannya masih menerawang ke arah kata-kata ibunya melalui telefon tadi. Sambil melipat telekung, perbualan dengan ibunya tadi seolah-olah diputarkan kembali. “Maria, ibu tak tahu nak kata apa lagi. Umur Maria dah nak masuk 28.. takkan la nak tunggu umur sampai 30..ibu tak suka tengok anak ibu kawin lambat. Fikirlah sendiri, suami macam mana lagi yang Maria nak. Nabil tu bukannya ada rupa saja, pangkat tinggi..kaya pulak tu. Kakak dan abang kau pun setuju kalau kau terima aje lamaran dia. Fikirlah baik-baik,”. “Entah la bu.. bagilah Maria masa dulu. Banyak perkara tengah Maria fikir sekarang.” Itulah jawapan yang sering dilontarkan tatkala ada orang yang merisik dirinya. Bukan dia menolak untuk menegakkan sunnah Rasullullah s.a.w itu, tapi hanya dia sahaja yang memahami dirinya sendiri. Seperti pilihan-pilihan yang datang sebelum ini, pastinya dia akan merujuk dulu pada yang maha menentukan sesuatu keputusan, Allah s.w.t. Dengan istikharah beberapa kali, dia yakin petunjuk yang diberikan Allah kepadanya adalah tepat. Tetapi pilihan kali ini, Nabil…hatinya seolah-olah menolak mentah-mentah. Bukan dia tidak kenal siapa Nabil itu. Nabil yang selalu mengacaunya, dan pernah ingin memegang tangannya semasa kali lepas sewaktu pulang ke kampung. Adakah suami seperti itu yang didambakannya? Bolehkah dia menjadi suami soleh yang boleh memandu rumahtangga Islami yang selalu diimpikannya? Kalaulah ibu faham, desis hatinya. Kakinya segera melangkah menuju ke wad A4. Tanggungjawabnya tidak harus dilupakan sama sekali. Dia tahu, itulah amanah Allah padanya. Sesibuk atau seletih mana pun, sebagai seorang doktor, Maria tetap mengukir senyuman kepada pesakit-pesakitnya. Masa rehat sekalipun, dia akan melawat wad atau dihabiskan sedikit waktu untuk membaca Al-Quran . Bagi Maria, mukjizat Al-Quran itu bukan saja boleh menenangkan jiwa sesiapa membaca atau mendengarnya, tetapi mampu menyembuhkan penyakit yang dihidapi oleh pesakit-pesakitnya dengan izin Allah. Melawat wad kanak-kanak, tidak pernah rasa bosan baginya.
Bagi Maria, melihat wajah-wajah comel mereka mampu memberi ketenangan dan menyejukkan jiwa. Suara tangis kanak-kanak memaksa hatinya untuk memujuk mereka. Melihat muka-muka mereka menderita, timbul rasa simpati dalam dirinya. Selalu bermain di fikirannya, untuk memiliki anak-anak comel seperti mereka. Sudah lama dia menantikan untuk bergelar ibu tetapi belum tiba masanya dia menjadi seorang isteri kepada seseorang. Dia yakin sekali Allah pasti akan mengurniakan suami soleh yang didambakannya kelak. Oleh sebab itu, dia tidak putus-putus berdoa. Langkah kakinya menuju ke bilik-bilik sakit di wad pesakit jantung. Sunyi sekali. Dia melangkah masuk ke dalam memerhatikan pesakit yang baru dipindahkan dari Hospital Kuala Lumpur tadi. Kata rakannya di unit jantung, Dr Bahtiar pesakit mengalami kecacatan septum ventrikel. Itulah yang dialami oleh kanak-kanak kecil di hadapannya kini. “Ya Allah.. dia terlalu kecil …mengapa diuji berat sebegini,”getus hatinya. Wajah mulus kanak-kanak perempuan berusia 4 tahun itu diperhatikannya. Dia masih terbaring lesu tanpa ditemani sesiapa. Tertulis di hujung katilnya, MARDHIYA QISTINA MUZAMMIL..nama yang sangat comel, secomel orangnya. Ingin saja dia memeluk kanak-kanak itu. Andai aku adalah ibunya, pasti aku sentiasa menemaninya dalam keadaan begini. Rasa simpatinya menebal. Maria tahu waktu pembedahan jantungnya dalam masa terdekat ini, menurut kata Dr Bahtiar tadi. Pintu terkuak dan seorang wanita lewat 60an masuk. Maria sedikit terkejut, namun terus dia melemparkan senyuman dan memberi salam. Wanita tua itu membalas senyumannya walaupun agak tawar sambil memandang pada wajah comel itu. Tiba- tiba saja wanita tua itu menitiskan air mata lantas bersuara. “ Hati makcik kadang-kadang tak tahan melihat wajahnya saat dia tidur macam ni. Makcik takut kalau dia terus tidur dan meninggalkan makcik. Makcik takde anak perempuan, dan makcik tak nak lagi kehilangan cucu perempuan. Tolong makcik, nak. Walaupun dia masih kecil, dia budak yang bijak, dan sangat baik. Walaupun ibu dia tinggalkan dia, dia tak pernah bertanyakan ibunya…dia tak pernah susahkan ayahnya yang sibuk. Dia betul-betul menjaga hati papa dan neneknya. Tolonglah doktor, makcik tak nak kehilangan dia ,”. Air mata Puan Nuraini semakin laju membasahi pipinya. Maria agak faham hati dan perasaan seorang nenek terhadap cucu perempuan tunggalnya. Sememangnya anak ini terlalu tabah, dan kini Allah mengujinya lagi. “Sabarlah makcik..saya mungkin tak berada di tempat makcik tapi saya faham apa yang makcik hadapi sekarang..banyakkanlah berdoa makcik. Kami di sini akan berusaha sedaya upaya..selebihnya, itu adalah hak Allah, mohonlah pertolongan padaNya agar dia dapat diselamatkan.” Maria mendekati dan memeluk bahu wanita itu.
“Insyaalah.Terima kasih doktor. Jarang dapat jumpa doktor seperti kamu, nak. Anak makcik, ayah Mardhiya ni pun doktor, tapi sekarang bukak klinik sendiri. Katanya, hospital ni terbaik dalam rawatan jantung, jadi terus Dhiya ditukarkan ke sini. Tapi, memang makcik ni kurang sabar sikit bila berhadapan dengan ujian agaknya. Mak cik kagum lihat anak lelaki makcik..pelbagai ujian yang dia terima, dia nampak sabar..tenang sekali walaupun makcik tahu, dia sering menitiskan air mata di masjid. Dulu, isterinya nak pergi tinggalkan dia dengan anak dia, dia tenang lepaskan..walaupun makcik tahu hatinya perit. Kini, anaknya pula menderita. Tapi, anaknya pun sama, ikut sabar dan tabah macam papanya. Kalau makcik tahu nak jadi macam ni, makcik tak kasi dia kawin dengan mat saleh tu dulu. Astaghfirullahalazim… maafkan makcik, nak. Makcik tak sepatutnya makcik luahkan masalah makcik pada kamu. ” " Tak apa lah makcik..saya faham perasaan makcik. Kadangkala bila luahkan apa yang terpendam di hati..kita akan rasa lebih ringan dan insyaalah tenang, jadi, makcik jangan malu dengan saya.,” Maria mengukir senyuman walau dalam hatinya kembali memikirkan masalah yang diungkit ibunya siang tadi. * * * * * * * * * * * *
“Macam mana dengan Dhiya kat sana, Ummi?” Puan Nuraini tidak segera menjawab. Dia menghenyakkan tubuhnya ke sofa, mendekati anak lelakinya. “Macam biasa la Mil. Petang tadi dia tidur je masa ummi pegi. Ummi hairan la Christina takkan tak ingat langsung kat anak dia ni? Anak tengah sakit camni taknak jenguk langsung! Ummi tak faham betul dengan dia tu!”. Wajah Puan Nuraini sedikit berubah. “Ummi jangan cakap macam tu. Dia bukan tak nak ke sini, cuma dia takut ummi dan Dhiya lagi terluka. Walaupun dia dah balik ke agama asalnya, dia tetap ibu kandung Dhiya. Pasti dia juga rindu Dhiya. Dah takdir yang hidayah tak betul-betul sampai ke dalam hatinya, atau mungkin salah saya yang tak berjaya didik dia jadi muslim sebenar. Jadi, Ummi janganlah terlalu membenci dia lagi dan tolonglah jangan ungkit lagi pasal ni.” Muzammil menjawab tenang. Selepas menyalami ibunya, dia segera berangkat untuk menjenguk anaknya di hospital. Janjinya pada diri sendiri, sesibuk macam manapun dirinya, pasti dia akan mencari masa untuk Dhiya, dan mendengar tasmi’ hafalan Dhiya. Baginya, dia mahu Dhiya mengenal Penciptanya dahulu melalui sentuhan al-Quran di hatinya yang bersih. Dialah mama, dialah papa kepada Dhiya sekarang. Barang-barang kesayangan Dhiya dibawa bersama untuk menemani dia sewaktu di hospital. Antaranya, buku ‘Fairy tales’ yang dibeli di Ireland oleh bekas isterinya semasa Dhiya berumur 1 tahun dan… mafela kesayangannya yang kini menjadi barang kesayangan Dhiya. Mafela yang sangat istimewa buat dirinya. Mafela yang sentiasa menyelimuti lehernya semasa menuntut di Ireland dahulu. Mafela yang menemani Dhiya selepas ditinggalkan ibunya. Mafela yang mengingatkan Dhiya tentang dirinya. Mafela pemberian seorang gadis yang betul-betul mencintainya suatu ketika dahulu! * * * * * * * * * * * * Maria masuk setelah memberi salam. Kelihatan anak comel itu tersenyum manis padanya sambil menjawab salam. “Doktor suka tengok Dhiya ceria pagi-pagi ni. Bertuah nenek dapat cucu macam Dhiya, cantik dan pandai!” Pujian Maria membuatkan Dhiya tersengih lebar. Seketika Dhiya diperiksa dan jantungnya kelihatan masih berfungsi normal. “Doktor nak dengar tak Dhiya hafal surah Al-Waqiah? Dengar Dhiya baca ye,” sambil memperbetulkan jubahnya dan duduk, Maria memperhatikan bacaan Dhiya. Sememangnya, bacaannya baik sekali dengan makhrajnya yang jelas. Hatinya berbisik, alangkah bagusnya sekiranya dia miliki anak seperti Dhiya, baru sahaja 4 tahun umurnya, tapi sudah berjaya menghafal surah Al-Waqiah, Al-Rahman dan surah-surah pendek dalam juz Amma, seperti kata neneknya. Sekiranya dia miliki anak kelak sudah pasti akan dididiknya seperti Dhiya. Dia sudah pasti ingin lahirkan zuriat yang comel, soleh dan solehah mengikut acuan Al-Quran.. tapi,sudah pasti dia perlukan seorang suami yang benar-benar boleh membentuk diri dan anak-anaknya dengan akhlak Islami. Bukan dia terlalu memilih atau memandang dirinya sempurna dalam memilih calon suaminya..tidak sama sekali. Tetapi, itulah keluarga yang diidaminya…keluarga yang dipenuhi dengan limpah mahabbah wal rahmah oleh Allah s.w.t, dan melahirkan generasi soleh setanding Salahuddin Al-Ayubi, Al-Biruni, Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, Umar al-Khattab dan generasi solehah, seperti Aisyah r,a, Fatimah az-Zahra, Khadijah dan Sumaiyyah.
Itulah yang dipintanya di dalam doa setiap hari. Fikirannya kembali menuju kepada Dhiya tatkala kanak-kanak itu menghabiskan bacaannya. “Subhanallah. Bagus sekali bacaan Dhiya. Doktor kagum sangat dengan Dhiya, dan..Allah juga pasti sangat sayang pada Dhiya. Siapa yang ajar Dhiya hafal Quran?” “Papa. Papa kata Allah sayang pada orang yang selalu baca Quran. So..Dhiya pun nak Allah sayang Dhiya jugak. Semalam pun papa datang ajar Dhiya.. pastu dia bagi chocolate 'kisses' sebab Dhiya dah ingat surah Al-Waqiah,”.Bibirnya mengukir senyuman bangga. Tidak dinafikan, hati Maria tertanam sedikit kagum pada papa Dhiya itu. Maria mendekati Dhiya sambil mengelus-ngelus rambut perangnya. Semasa memegang tangan Dhiya, matanya tertancap pada sesuatu yang dipegang oleh Dhiya. Ia betul-betul kelihatan sama. Dia segera memohon untuk beredar! Entah kenapa hatinya terusik apabila memandang barang yang dipegang oleh Dhiya tadi. Maria menangis! “Kenapa kau harus menangis?? Mungkin ia kelihatan sama tapi ….ia memang sama! Atau kau marah pada diri sendiri sebab barang tu menyebabkan kau kembali ingat pada dia? Orang yang pertama telah kau jatuh cinta..? Atau kau ingin usirnya dari fikiran takut cintamu pada orang yang bukan jodohmu??” hatinya berkata-kata pada dirinya sendiri. “Ya Allah..aku pernah mencintainya dan merinduinya. Aku tak pasti…aku mencintai kerana apa atau kerana akhlak dan pekertinya. Ampunkanlah aku sekiranya ini membawa dosa kerana hatiku kembali mengingati seseorang yang aku tak pasti di mana atau tak mungkin ku milikinya jika dia bukan jodohku,” Air matanya menitis lagi. Dia yakin sekali lelaki itu mungkin kini sudah berumahtangga dan mengecapi kebahagiaan yang indah. * * * * * * * * * * * * Suara azan Asar telah berkumandang dari surau An-Nur, Sekolah Menengah Sains Sultan Mahmud. Sungguh gemersik dan syahdu. Dia tahu, suara itu selalu diminatinya, iaitu suara yang sama membaca al-Quran sebelum solat Maghrib semalam. Entah kenapa dia jatuh hati pada suara itu. Sering dia bertanya pada Anis, rakan sebiliknya tentang pemilik suara itu. Kata Anis, dia senior mereka di tingkatan 5 Alpha. Orangnya tinggi,berkulit sawo matang dan rakan-rakan memanggilnya Najmi. Tetapi, tetap dia tidak dapat meneka yang mana satu orangnya. Manakan tidak, wajah dan nama semua pelajar lelaki tingkatan 3 pada masa itu pun tidak dapat diingatnya, inikan pula pelajar tingkatan 5. Sememangnya matanya jarang memandang lelaki, apatah lagi bercakap dengan lelaki. Walaupun hanya di sekolah sains biasa, dia gembira kerana sekolah itu menekankan aspek keagamaan terhadap pelajarnya. Melalui program usrah muslimat yang diketuai oleh kak Fauzana, Maria mula mempelajari ilmu agama secara mendalam. Dia bersyukur kerana rahmat Allah sentiasa bersamanya. Semakin hari dia dapat rasakan perasaan aneh dalam dirinya. Semakin lama dia mendengar suara itu, hatinya semakin jatuh cinta pada suara itu. Segera dia beristighfar kerana bimbang hatinya terleka dari Allah. “Aku rasa kan Maria, kau ni bukan saja dah jatuh cinta pada suara abang Najmi tu, tapi juga orangnya kan?” gurau Anis padanya. Dia hanya menidakkannya dan mengatakan tumpuannya kini pada pelajaran. Pernah dia menemani Kak Fauzana ke bilik pengurusan badan dakwah semasa menjadi AJK Sambutan Maulidur Rasul dulu, dan ketika itu dia mula mengenali wajah orangnya. Sememangnya wajahnya cukup tenang. Ketika itu mereka berkerjasama dalam kumpulan untuk menjayakan program tersebut, secara tak langsung Najmi mengetahui nama panggilannya..Maria. Namun, cukuplah masa itu sahaja, sesama mereka berdua juga tidak pernah bersapa. Cukup hanya semasa mengutarakan idea semasa perbincangan umum. Bagi Maria, batas pergaulan harus dijaga, sekiranya tiada urusan penting..tiada guna dia bersapa mesra dengan lelaki bukan mahramnya.. walaupun ternyata hatinya mengidami pendamping soleh seperti Najmi suatu masa kelak.. Dia masih ingat kata Kak Fauzana.. “Kita kini hanyalah seorang pelajar. Dan tanggungjawab kita adalah belajar dan rasa cinta dan sayang kita haruslah pada Allah, rasul serta ibu bapa kita. Buat masa ini, cinta kita bukan lagi untuk lelaki kerana mereka tak berhak dicintai selagi mereka belum bergelar suami kita. Namun, sekiranya perasaan cinta itu tetap datang, Islam menyuruh kita supaya bernikah untuk mengelakkan daripada zina dan fitnah. Jika itu tidak dapat dilakukan lagi kerana kita masih seorang pelajar, harus kita elakkan daripada timbul rasa cinta dan syahwat”. Maria memilih untuk membuang perasaan itu, walaupun ternyata nama itu tersimpan jauh dalam lubuk hatinya. ********* Assalamualaika ya akhi…Najmi, Maaf kiranya saudara agak terkejut dengan kedatangan surat ini. Saya kagum dengan sikap saudara, suara saudara mengalunkan ayat-ayat Allah selama di Sekolah Menengah Sains. Maafkan saya..harus saya akui, saya juga hanya insan biasa yang tak mampu melawan fitrah di hati ini.. saudara muslimin yang baik, saya doakan agar saudara sentiasa dilimpahi rahmatNya Saya tahu ini bukan masanya kita bercakap tentang ini, soal hati dan perasaan. Saya yakin Allah beserta dengan orang yang sabar dan Allah sedang menguji hati saya ketika ini. Anggaplah hadiah pemberian saya tanda ucapan tahniah dari saya sempena melanjutkan pelajaran ke oversea.Iinsyallah, perasaan ini akan hilang bersama pemberian saya kepada saudara. Terimalah dengan ikhlas.Maat taufiq wa najjah M.Qibtiah Muzammil kembali teringat isi surat ringkas yang diterimanya sebelum dia berangkat ke Ireland. Surat yang disisipkan pada mafela biru tua yang dikaitkan nama..NAJMI. Bungkusan itu diterima melalui seorang rakan yang juga tidak tahu dari siapa. Dia memang dapat rasakan gadis itu mencintainya. Memang ramai yang dikenali meminatinya dahulu tapi tidak satu pun yang dilayannya. Tapi gadis ini cukup berbeza, terlalu ‘low profile’ sehingga orangnya pun dia tak tahu siapa. Biasanya, mereka akan memberi nombor telefon lah, e-mel lah.. tapi satu pun dia tak pernah contact balik. Baginya pada masa itu bukanlah waktu mengejar cinta tapi cita-citanya sebagai doktor menjadi keutamaan. Selepas menamatkan MBBSnya di Ireland, Muzammil berhasrat untuk bertugas di sana untuk menimba pengalaman. Tidak disangka-sangka, anak pemilik rumah yang disewanya sangat mencintainya. Christina James namanya. Minatnya terhadap Islam memungkinkan Muzammil untuk berdakwah dan menariknya untuk memeluk Islam. Jadi, dia berkeputusan menikahinya.Tetapi, hampir dua tahun berkahwin, Christina ternyata tidak dapat menyesuaikan diri dengan agama barunya. Paling menyedihkan, sedikit kata-kata Muzammil tidak lagi diambil peduli. Muzammil mula faham, Christina hanya menunjukkan minat pada Islam semasa ingin mendapatkannya dahulu. Dia yang bersikap keanak-anakan itu, kembali meneguk arak semasa Muzammil sibuk di hospital. Akhirnya, Muzammil terpaksa menceraikannya setelah Christina memutuskan untuk bersama lelaki lain dan ingin kembali ke agama asal. Dengan penuh kepiluan, dia pulang ke tanah air setelah berjaya menuntut anaknya, Mardhiya Qistina…itulah permata hatinya kini, diberi nama mengikut huruf pangkal nama gadis yang tidak dikenali, yang tulus mencintainya dahulu… * * * * * * * * * * * * Maria menyapa Dr Bahtiar yang melewati di luar wad yang dilawat olehnya. Dia juga berasa hairan kerana terlalu menyayangi dan mengambil berat terhadap anak itu. Lantas menyebabkan dia sedikit risau. “ Kami dah bincang tentang penyakit dia berdasarkan penelitian diagnosis.Bayangan gelombang jantungnya menunjukkan dia menghidapi sakit jantung secara semulajadi. Pada mulanya saya sangka ia bahaya. Tapi, persen pengaliran darahnya 25% sahaja, sedangkan pembedahan biasa memerlukan 30% atau ke atas. Juga tiada kemunculan tekanan darah pada paru-paru, menunjukkan tiada tanda bahaya.Walaupun pembedahan dilakukan, keadaan badannya yang kecil dan lemah memungkinkan adanya komplikasi lain. Jadi, asalkan mendapat rawatan susulan di bawah jabatan perubatan, ia akan pulih secara perlahan-lahan semasa pesakit membesar,” kata doktor bedah utama pembedahan Dhiya itu. Ditunjukkan kepada Maria hasil diagnosis untuk dipastikannya sendiri. “Alhamdulillah, anak kecil itu tidak perlu dibedah,”hatinya melafazkan kata syukur. Laporan perubatan Dhiya di tangan Dr Bahtiar diteliti oleh Maria. Nama penuh Dhiya ditelitinya berkali-kali. MARDHIYA QISTINA BINTI MUZAMMIL NAJMI. Najmi.. Mungkinkah nama Najmi ialah Muzammil Najmi?? Maria terkesima. * * * * * * * * * * * “Mil pernah jumpa doktor perempuan yang kadang-kadang ada datang melawat Dhiya tak?” Puan Nuraini tiba-tiba bersuara setelah lama menyepi di dalam kereta. Dia dalam perjalanan ke hospital semula bersama anaknya setelah pulang sebentar pada pagi itu untuk memasak bubur kegemaran Dhiya. “Tak ada la Mi. Saya selalu jumpa kawan saya, Dr Bahtiar je. Kenapa?” “Manis sangat orangnya….macam nama tuannya, Dr Maria Qibtiah. Dia selalu pakai jubah. Orangnya masih bujang lagi Mil, hari tu mak tanya.Takkan Mil tak pernah jumpa?” Muzammil terkesima mendengar nama itu. Maria Qibtiah. M Qibtiah. Dia cuba memastikan dari ibunya. “Dia pernah tanya pasal Mil tak, Mi?” “Takde pun. Ummi pernah cerita pun pasal anak Ummi pun doktor dan pasal Dhiya.tu je.Kenapa Mil kenal dia ke?” “Entah la..”Jawab Muzammil acuh tak acuh.Fikirannya masih memikirkan soal tadi, dan hatinya dapat mengagak sesuatu. “Eh, pelik pula jawapan budak ni,”.Puan Nuraini mengerutkan dahi tanda hairan. * * * * * * * * * * * * Susuk tubuh berkot putih itu masih di tepi Dhiya yang masih tidur. Dia kini memegang mafela di tangan Dhiya, diperhatikannya…dan di tepinya, tertulis nama NAJMI. Maria menangis lagi. Dia menangis lagi, marah kepada diri sendiri kerana masih mencintai lelaki itu walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, hatinya tetap menafikan. Dia terlalu mengidami lelaki sesoleh Najmi sejak dahulu lagi. Dia tahu, Najmi mungkin tidak tahu sama sekali tentang dirinya.. dan dialah pemberi mafela itu. “Mustahil dia mencintaiku, bahkan tidak akan memandang diriku. Sedangkan tentang diri aku pun dia tak tahu. Pemberianku mungkin dianggap seperti dari sesiapa saja dikenalinya. Astaghfirullahalazim..maafkan aku ya Allah kiranya aku berfikir bukan-bukan,” “Doktor ada di sini rupanya” Puan Nuraini segera mendekatinya selepas menutup pintu. Segera dilapkan air matanya dan memberi ruang untuk Puan Nuraini duduk. Dia memohon untuk pergi dengan alasan mempunyai urusan lain, khuatir perasaannya diketahui oleh orang tua itu. Belum sempat dia membuka pintu,, sesusuk tubuh sasa dan tinggi lampai masuk…dan Maria memandang wajahnya. Mereka saling berpandangan. Namun, segera wajahnya ditunduk. Dia masih dapat mengecam wajah itu,wajah lelaki yang pernah dicintainya tak banyak berbeza…hanya sedikit berkumis. Dipaksa dirinya untuk senyum dan segera dia mengatur langkah untuk keluar. Rasa kaget bercampur malu kini menyelubungi hatinya. Dia tak pasti, lelaki itu mengenalinya atau tidak. Muzammil tahu, itulah Maria yang pernah dikenalinya, pelajar tingkatan 3 dahulu yang pernah mencuri hatinya. Namun, dia tidak pernah menganggap dirinya setanding untuk gadis sebaik dan sesolehah Maria. Sekarang, Muzammil pasti, dialah Maria…Maria Qibtiah, dan kini sudah jelas, gadis yang dicintainya dulu rupa-rupanya mencintainya..Dia pasti tidak berdiam diri lagi, kerana dia yakin tidak bertepuk sebelah tangan.. “Maria, tunggu dulu!” Maria berhenti tanpa membalikkan tubuhnya kearah Muzammil. “Saya tahu awak masih kenal saya. Saya Najmi..Muzammil Najmi yang awak pernah kenali dahulu. Kenapa awak lari dari saya….awak takut saya tahu yang awak bagi mafela tu? Atau awak takut jatuh cinta pada saya lagi? Maaf, saya tak tahu nama penuh awak Maria Qibtiah..ibu saya dah beritahu saya tentang awak. Saya tahu saya ada peluang kali ni. Saya tahu apa tersirat di hati awak, Sekiranya awak sudi…dan Allah izinkan, kita segera taaruf dan saya akan melamar awak.” Maria memejamkan matanya. Air mata syukurnya gugur ke bumi. * * * * * * * * * * * * Majlis berjalan dengan lancar. Suasana agak sunyi selepas ramai tetamu sudah pulang. Maria menitiskan air mata lagi…air mata kesyukuran ke hadrat illahi. Dia tahu, Allah menyayanginya,memelihara kesuciannya sehingga dia bertemu kembali dan diijabkabul dengan lelaki yang dicintainya kerana Allah. Rahmat dari Tuhan yang dilimpahkan sangat dirasainya kerana kini memiliki suami soleh dan sekaligus anak solehah seperti Dhiya. “Sayang, kenapa menangis ni?”Muzammil mendekatinya. “Terima kasih abang…kerana menikahi Maria”. Air matanya jatuh perlahan-lahan. “Kenapa cakap macam ni.?Abang nikahi Maria kerana mencintaimu kerana Allah, dan Maria isteri solehah yang abang idamkan. Abang sepatutnya berterima kasih pada Dhiya yang sanggup menerima abang dan Dhiya.Abang cintaimu selama-lamanya..Insyallah,Doakan agar Allah sentiasa mencurahkan rahmahNya kepada kita.” Kelihatan Dhiya mengintai mereka dari tepi pintu kamarnya. Dia beransur sihat kini di bawah jagaan Maria yang kini bekerja bersama suaminya di Muzammil Medical Centre. Cepat-cepat Maria meleraikan pelukan suaminya itu. Dhiya meluru masuk memeluk ibu barunya.. “Papa, papa kena tidur kat rumah ibu ke malam ni? Boleh Dhiya tidur sama ngan ibu dan papa tak? ” soal Dhiya sambil tersengih. Maria tersenyum menantikan jawapan Muzammil. Agak lama menantikan sebelum Muzammil menjawab. “ Malam esok boleh kan sayang?Malam esok balik rumah kita nanti , papa janji kita tidur sama-sama ok,” jawab Muzammil memerhatikan reaksi puterinya. “Ibu pun janji!” Maria menambah. “Tapi mana papa letak mafela Dhiya ye?” “Oh.. ada kat bilik papa. Nanti Dhiya ambik kat bilik papa ye sayang,” Muzammil menjawab sambil tersenyum. Dia faham Dhiya selalunya tidak boleh tidur tanpa mafela itu. Mafela itu seolah-olah pengganti dirinya semasa ketiadaannya. Memang tidak hairan Dhiya begitu sayangkan mafela itu. “Alright,papa.Good night papa! Good night ibu!” Dhiya tersenyum tanda setuju lalu keluar setelah bersalam dan mencium pipi papa dan ibunya. “Kenapa ada kat bilik abang? Mafela tu kan dah jadi Dhiya punya?” Maria sengaja bertanya. “Semalam Dhiya tidur kat bilik abang. Jadi, ada kat bilik abang lah. Tapi, walaupun abang bagi pada Dhiya, ia tetap mafela kesayangan abang… sebab ia dari seseorang yang abang cintai tanpa abang sedari. Dan sekarang …abang dah milikinya,” kata-kata Muzammil menyebabkan Maria tersentuh. Dia tertunduk malu. “Kesian pulak kat Dhiya, tak boleh tidur dengan abang malam ni.” Maria cuba mengalih topik. “Habis tu, sayang tak kesiankan abang?” Maria faham maksud kata-kata Muzammil itu. Malam itu sememangnya milik mereka berdua. Malam yang indah yang mereka sinari dengan cahaya ibadah cinta dalam hubungan mahabbah yang suci dan diredhai olehNya. -layyinul qalbi-

Sunday, July 1, 2012

di jalan ini...

Sebenarnya aku tidak pernah memikirkan dan menjangkakan aku akan merasai semua ini. Sering aku tertanya-tanya kenapa aku yang dipilih untuk merasainya. Apakah istimewanya aku sehingga menjadi pilihan untuk dibawa ke jalan ini. Bila melihat diri ini, aku melihat diriku sedalam-dalamnya. Layakkah aku? Aku insan biasa yang sangat biasa. Aku tidak sempurna. Sangat tidak sempurna. Ya Allah, kenapa Engkau begitu menyayangi aku, sedangkan aku di sepanjang kehidupan ini tidak berbuat apa-apa pun demi agama-Mu. Kenapa Engkau memilih untuk menyelamatkan aku? Sedangkan aku sebelum ini tidak berusaha untuk mendalami agama-Mu. Pada satu saat diri bersendiri, teringat pada kalamNya yang bermaksud:- "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa."" (surah Ali-Imran: Ayat 133) Dalam sujud aku menangis tanda kesyukuran dan rasa malu kepada Penciptaku. Dalam sujud aku memohon kemaafan pada Sang Pencipta. Terdetik di hati ini, walau bagaimanapun kekurangan yang ku rasai, aku masih seorang manusia ciptaan-Nya yang Maha Agung. Begitu tidak patut untuk aku menghina diri sendiri yang merupakan salah satu ciptaan dari-Nya yang maha Esa. Dari rasa itu aku bangkit. Bangkit sebagai seorang aku yang baru. Dalam hati aku yakini.. "Pertolongan-Nya tidak pernah terhenti!.. "
Namun, adakalanya aku merasa seperti seorang yang baru dilahirkan. Aku seperti bermula dari kosong. Terbit rasa jauh ketinggalan dan kadang kala rasa malu. Betapa ceteknya ilmu di dadaku, betapa aku tidak mengenali-Nya dan mendalami ilmu-Nya. Aku seakan-akan ingin berlari dan bersembunyi daripada orang yang sudah berada jauh di hadapanku. Dan kubisikkan lagi... "Pertolongan dari Allah tidak pernah terhenti. Allah mengurniakan hamba-Nya yang tak jemu-jemu membantuku yang serba tidak tahu ini. Allah memberi kekuatan kepada orang yang terdekat denganku untuk tidak pernah lelah meminjamkan semangatnya kepadaku. Dari situ aku mula merangkak, kemudian ku cuba untuk berdiri. Walaupun kadangkala aku jatuh beberapa kali, tapi kali itu jualahi aku lebih berusaha untuk cepat bangkit." Jujur, semua ini tidak mudah untukku. Memerlukan pengorbanan demi pengorbanan yang kadangkala mencarik-carik hati dan perasaanku. Di jalan ini... Aku seakan-akan merasai perasaan jatuh cinta kali pertama. Jatuh cinta dengan Penciptaku. Jatuh cinta untuk berjuang demi agama tercintaku. Jatuh cinta untuk terus kuat.. Walaupun jalan ini tidak mudah, tetapi dari jalan ini aku membina kekuatan. Dan dari jalan ini juga aku memperoleh kematangan. Kini, aku sudah mampu untuk berdiri dan akan terus melangkah. Aku berharap selepas ini aku bukan sahaja mampu berdiri tapi mampu untuk terus berlari di jalan ini. Ke sesuatu destinasi yang lebih besar dalam kehidupanku. Suatu perjuangan yang memerlukan pengorbanan. Aku harus bersedia. Ya, akan sentiasa bersedia. Terima kasih kepada yang tidak lelah meminjamkan semangatnya kepadaku. Semoga apa yang bakal aku lalui di hari-hari mendatang dapat membawa manfaat kepada diriku dan isi dunia ini. Semuanya ku lakukan demi Dia Rabb ku yang tercinta. Di akhir pengharapan, aku berharap agar aku, dia dan semua akan bertemu hingga ke syurga sana. Apa yang pasti.. Terima kasih kepadaNya. Atas kurniaan ini, kerana DIA aku masih berada di jalan ini...