Aku petik bunga yang indah ini,
Agar ia hiaskan taman sanubariku,
Wanginya semerbak dalam kamar hatiku,
Cantiknya berseri dalam hari-hariku.
Saat aku melamar kamu dulu,
Senyum ayu kamu berikan,
Bergetar jiwa aku tika itu,
Membara rasa cinta ini.
Aku ingat lagi tika itu,
Setelah kamu halal aku miliki,
Tangis syukur yang kamu hadiahkan,
Sekali lagi kamu senyum kepadaku,
Bergetarlah jiwa aku melihatnya,
Bahagianya bukan kepalang.
Oh bungaku,
Kamu tersangatlah indah padaku,
Sentiasa kembang mekar,
Durimu tidak pernah melukakan aku,
Harummu menyenangkan perjuanganku.
Wahai bidadariku,
Api cinta yang kamu nyalakan ini,
Semarakkan lagi semangat dakwahku,
Sabarnya kamu menemaniku,
Di bawah sayap ini kamu setia menunggu,
Pengorbananmu sayang, aku hargai.
Kejelitaan isteriku tidak bisa digambarkan,
Aku lindungkan ia di sebalik purdah sutera,
Dengan taburan warna merah jambu,
Agar jelitanya itu menjadi santapanku seorang,
Tidak mahu aku kongsikan itu,
Kerana ia begitu istimewa padaku.
Bunga sang mujahid ini,
Dihinggap rama-rama Iman sentiasa,
Madu solehahnya jelas terasa,
Embunnya mengalir seinfinitinya,
Cintanya ia pada yang Maha Esa,
Dengan taat padaku mujahidnya tercinta.
Keikhlasan cinta kepada Allah,
Kamu buktikan dengan mentaati aku,
Sungguh bungaku yang indah,
Kamu hadiah Allah yang istimewa,
Hadirnya kamu bisa menyembuh duka,
Dengan cinta itu sebagai ubatnya.
Cintamu wahai bidadariku,
Bisa menikam musuh-musuh di hadapanku,
Bisa luluh jiwa-jiwa mereka itu,
Bisa membangkit nafsu jihad bergelora,
Tenang aku memegang panji tiada resahnya,
Barisan hadapan akan aku mara,
Syahid bahagia pasti aku buru,
Kerana adanya kamu menemaniku.
Bunga sang mujahid ini,
Akanku tunas ia sebaik-baiknya.
No comments:
Post a Comment